Filosofi “Kelekak” dalam Kepemimpinan

oleh

Melalui “Kelekak”, orangtua kita tempo doeloe memberikan keteladanan pemikiran dan aksi nyata dari sikap visioner. Bagaimana tidak, diusia senja, masihlah ia menanam. Bukan untuk dirinya, tapi untuk dinikmati anak, cucu dan cicitnya. Dalam masalah ketahanan pangan, Atok-Atok kita di Bangka Belitung jauh lebih visioner daripada kita sekarang ini. Padahal jalannya gak begitu jauh, pendidikannya tidaklah tinggi, tontonan tak ada, teknologinya manual dan tradisional, tapi hasilnya? “Kelekak” adalah salah satu bukti nyata betapa visionernya orangtua kita tempo doeloe.

(3) Berkarakter
Pemimpin yang memiliki karakter adalah pemimpin yang akan diingat dan dikenang oleh generasi berikutnya. Kepemimpinan seseorang setelah namanya disebut, maka selanjutnya adalah karakter yang melekat dalam diri sang pemimpin tersebut. Sampai hari ini, pertanyaan penting bagi kita, berapa banyak dan siapa saja pemimpin di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota yang memiliki karakter?

Dari “kelekak” orangtua kita tempo doeloe memberikan keteladanan bahwa keberadaan “kelekak” menjadi salah satu karakter yang kokoh dan bermanfaat. Nilai-nilai kearifan lokal, budaya, kebermanfaatan, pendidikan, lingkungan, memfasilitasi makhluk hidup lainnya, ada pada karakter “Kelekak”. Masihkah lagi kita meremehkan keberadaan dan kebermanfaatan “kelekak?”

Pemilu 2024 sudah berlangsung, semoga Wakil Rakyat yang terpilih adalah Wakil Rakyat yang memahami nilai-nilai kearifan lokal seperti “kelekak”. Pilgub dan Pilkada Kota/Kabupaten sebentar lagi akan dimulai tahapannya, adakah pasangan calon dan yang terpilih adalah orang-orang yang memahami dan siap menjalani kepemimpinan “kelekak”? Ataukah hanya sekedar tipikal pemimpin serimonial dan dianggap sudah mengangkat & menjaga budaya hanya dengan berpantun ria disaat memberikan sambutan?
Ah, sudahlah….!

Salam Kelekak!!!

(Kebun Tepi Sungai, 24/02/2024)
====÷

No More Posts Available.

No more pages to load.