Kenapa Selalu WHO bukan WHAT?

oleh
oleh

Sebelum mengakhiri tulisan malam di Pundok Kebun tepi sungai ditengah belantara ini, saya mengajak pembaca membaca dan merenungkan kembali makna alenia ke 4 dari Pembukaan UUD 1945. Ini bukan sekedar konsep menjalankan negara, tapi ini adalah amamah besar para faunding fathers kita. Haruskah kita berkhianat?
Bunyi alinea keempat pembukaan UUD 1945: “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

So, dalam memilih kebaikan, apalagi kebutuhan negeri, jangan pernah memilih karena pesona wajah, pemberian, iklan, apalagi joget-jogetan. Tapi “Unzur maaqola walaatanzur man qoola”. Jangan melalu bicara WHO, tapi juga WHAT. Ketika kebenaran ada pada diri orang yang mungkin tak kau sukai, apakah harus ditolak hanya karena berbeda partai atau warna. Pun ketika kebodohan, etika dan ketidakmampuan ada pada orang yang kau cintai, lantas apakah akan membutakan mata hati dan nurani? Itu namanya “dungu”, kata Mr. Rocky Gerung.

Tuhan tidak pernah membutakan hati nurani kita, tapi justru kita manusia-lah yang membutakan nurani sendiri. Who dan What?

Salam Nurani!!!

Kebun Tepi Sungai, 27/01/2023

No More Posts Available.

No more pages to load.