Kepada Muftie Holish saya katakan bahwa mental kita sebagai manusia beretika & beradab mulia akan rusak jika sampai kita bangga dan menanggap diri hebat karena guru saja menghormati kita yang notabene pernah menjadi muridnya. Jangan pernah sepelekan persoalan seperti ini. “Suatu saat mungkin kamu akan mengalaminya, sebab saya yakin kamu sukses dan guru-gurumu bangga sama kamu. Tapi ingat, kamu harus tetap menjadi murid” Entah mengapa sore itu saya begitu sok banget memberikan nasehat etika kepada Muftie Holish yang notabene jauh lebih santun, tawadhu dan jelas beretika dibandingkan saya yang slenge’an ini.
Dari cerita ringan saya ini, sebetulnya pointnya sangat sederhana, yakni setinggi apapun jabatan dan sepopuler apapun nama seorang murid, jangan pernah seorang guru membungkukkan diri & menghormati muridnya, sebab itulah awal kerusakan mental sang murid.
Masihkah etika penting bagi manusia modern? Bagaimana etika pejabat negara bahkan Kepala Negara atau Wakilnya nanti? Ah, ketika konstitusi dikangkangi, demokrasi dicurangi, jangan bicara etika deh. Kalaulah tak pernah menjadi Guru, biasanya kalau diberi kesempatan memimpin dan berada didepan pasti menggurui, tapi…. pas ditanya jawabannya gak jelas dan plonga-plongo…! Itulah I N D O N E S I A……
Salam Etika!
(Kebun Tepi Sungai, 22/02/2024)
====
Ahmadi Sofyan, dikenal akrab dengan nama Atok Kulop. Pernah menjadi Guru di Pondok Modern Al-Barokah Kertosono Nganjuk. Selanjutnya ia terus menerus menjadi murid. Banyak menulis buku dan berbagai opininya dimuat diberbagai media cetak & online. Ia banyak menghabiskan waktunya di kebun tepi sungai.