Kemudian Lumba-lumba. Mamalia laut yang terkenal pintar dan penuh empati, memiliki komunikasi kompleks dan perilaku sosial yang terorganisir. Namun, mereka hidup dalam kawanan sendiri, menjaga harmoni tanpa menyerobot ruang makhluk lain.
Mereka membantu saat diperlukan, bukan karena ingin merasa lebih hebat, tetapi karena itu bagian dari ikatan sosial mereka bukan sekadar keinginan untuk ikut campur.
Selanjutnya Gajah. Mereka memiliki ingatan tajam, kemampuan berduka dan solidaritas tinggi terhadap sesama. Mereka bermigrasi dengan tertib, menjaga jalur hidup mereka sendiri dan tidak merusak habitat makhluk lain. Gajah tahu batas. Meski kuat, mereka tidak merasa berhak menguasai semua.
Hal serupa juga terlihat pada burung gagak dan gurita. Dua hewan dari dunia yang sangat berbeda, tapi sama-sama memiliki kecerdasan tinggi.
Gagak bisa membuat alat dan memahami konsep sebab-akibat, tapi mereka tak serta merta menyerobot sarang burung lain. Gurita bisa keluar dari labirin dan menyamar dengan cerdik, namun tetap menjaga jarak dari wilayah makhluk lain jika tidak terancam.
Semua contoh itu, menunjukkan satu hal penting, yakni “mereka tahu ruang mana yang menjadi hak mereka dan mana yang bukan”. Mereka tidak menginjak “lahan” lain, serta tak mencampuri hidup makhluk lain jika tak ada alasan untuk itu.
Berbeda dengan manusia. Di era yang serba canggih ini, kita justru sering lupa diri. Kita merasa berhak menilai pilihan hidup orang lain, ikut campur urusan pribadi yang bahkan tak menyentuh hidup kita.