Suatu hari, bertempat di sebuah hotel di Maliboro Yogyakarta, diadakan pertemuan masyarakat Bangka. Tokoh-tokoh senior Bangka Belitung baik yang menetap di Bangka Belitung, Yogyakarta, Jakarta & Bandung hadir. Termasuk mantan Rektor UGM, Sofian Effendi. Saya dinobatkan menjadi moderator diskusi. Saat sesi tanya jawab, saya mempersilahkan kepada audiens untuk siapa yang pertama kali untuk menyampaikan pendapat. Semua terdiam, tak ingin mendahului, apalagi banyak tokoh-tokoh senior di kursi depan. Melihat situasi diam membisu, Bang Jamaluddin Ancok mengacungkan jari seraya berdiri dan berkata: “Bagaimana kalau yang mengawali memberikan pendapat dimulai dari siapa yang paling “taipau” di ruangan ini?”. Mendengar ucapan beliau, saya sebagai moderator tak mampu menahan tawa dan mempersilahkan. “Nah, kalau yang paling taipau disini, itu saya” ujar beliau seraya mengambil mikropon dan memberikan pendapat dalam diskusi tersebut. Suasana diskusi menjadi semakin cair dan penuh keakraban, pastinya dengan canda tawa renyah khas orang Bangka Belitung. Semua berkat “si raja taipau”, Bang Jamaluddin Ancok.
Selamat jalan abangku, canda tawamu tidak hanya mengumbar tawa, tapi ilmu dan penuh makna. Bahkan kalimat “sehari dak taipau, ase gelugud badan” menjadi kian populer dan melekat ditengah masyarakat Bangka. Abangku orang baik, akan terus dikenang, tak hanya sebagai sosok orang kampung yang cerdas, tapi penuh nilai dalam mengarungi kehidupan.
Salam Taipau!
(Kebun tepi sungai, 16/03/2024)
======
AHMADI SOFYAN, dikenal nama Atok Kulop. Banyak menghabiskan waktunya di kebun tepi sungai. Ia sudah menulis ribuan opini di media cetak & online. Sekitar 80-an bukunya sudah diterbitkan.