Mr. Adox, Islam itu Perbuatan, Bukan Sekedar Omongan & Penampilan

oleh

Bagaimana awal memilih usaha kuliner? Adox yang notabene hobi memasak, seringkali saat berkumpul dengan kawan-kawan dan minum-minum, menjadi koki dadakan untuk menu makan sambil berkumpul. Kawan-kawan pun senang menikmati hasil racikan makanan yang dimasak oleh Adox. Dari sinilah terpikirkan olehnya untuk membuka usaha kuliner. Bakat memasak menurut Adox menurun dari sosok Ayahnya, Bong Acai. Menurut Adox, ayahnya pandai dan hobi memasak, sebagaimana dirinya juga.

Adox pun memulai usaha kuliner dengan membuka restoran sederhana yang terbuat dari papan dan kawat, pada tahun 2011. Restoran seafood ini ia beri nama sesuai dengan nama panggilannya, Mr. Adox. Diawali dengan memiliki 10 orang karyawan, sejak dibukanya restoran Mr. Adox ini nyaris tak pernah sepi pengunjung dan kini memiliki 3 ruang VIP dan panggung kegiatan seperti live music dan perayaan ulang tahun. Luas restoran ini sekitar setengah hektar dan berada di Jalan Alexander Raya Air Itam Kota Pangkalpinang. Seluruh konsep, baik menu, lighting lampu, taman, dan bangunan semuanya adalah konsep atau aristek sendiri oleh Adox.

Kesuksesan Adox membuka usaha kuliner, ternyata banyak orang yang ingin bekerjasama (franchise) diluar Bangka Belitung, namun semua itu saat ini ditolak oleh Adox, sebab ia takut tidak fokus sebab masih banyak kesibukan lainnya. Saat ini, menu di Resto Mr. Adox tidak hanya seafood, tapi juga Chinese food (halal). Menurut Adox, menu di restoran miliknya ini adalah menu-menu tradisional yang dimodifikasi kekinian sesuai zaman. Ada puluhan bahkan ratusan menu makanan dan minuman di Restoran Mr. Adox, seperti: Kepiting Asap, Kepiting Saos Padang, Kepiting Petai, Kepala Ikan Masak Belimbing Buluh, Baby Bawal Goreng Kering, Berujung Goreng Kering, Hoi Sim Mun (Teripang), Ayam Goreng Mentega dan lain sebagainya. Seluruh menu makanan ini semuanya memiliki standar khusus dari Adox. Maka tak heran, sebagai Owner, Adox banyak menghabiskan waktunya di dapur restoran.

Dari mekanik kendaraan beralih ke “mekanik” bumbu dapur?” Begitulah sosok unik perjalanan hidup Adox. Mengawali membuka usaha kuliner, Adox sering bolak-balik Bangka – Jakarta. “Saya mencari ilmu baru di Jakarta, yakni ilmu kuliner, istilahnya studi banding. Di Jakarta saya ke restoran-restoran mewah, menikmati makanan dan pelayanan mereka” cerita Adox kepada Penulis. Dari belajar dan mencari ilmu itu, Adox pun memiliki motto untuk restorannya, yakni: “Pelayanan, Bersih, Cepat Saji dan Rasa”. Bertahan dan terus berkembang, restoran Mr. Adox menjadi pilihan konsumen berkelas. Pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini, konsumen harus memesan tempat terlebih dahulu, sebab menjelang berbuka puasa, seluruh kursi meja selalu penuh.

Membuka usaha apapun pasti memiliki lika liku, tantangan dan cobaan. Pun demikian yang dirasakan oleh Adox. Penggelapan uang oleh orang kepercayaan dengan jumlah yang sangat besar, hingga mendapatkan fitnah pun sudah ia rasakan. Misalnya, suatu waktu, pernah diisukan restoran Mr. Adox memasak makanan non halal, isu itu sempat diramaikan oleh oknum yang mungkin iri terhadap perkembangan restoran Mr. Adox. Penulis sebagai sahabat dekat dan mengenal betul restoran seafood ini sempat kesal, sebab Penulis sangat mengenal siapa Adox dan restonya hingga ke dapur dan peralatan-peralatan dapurnya. Tak jarang Penulis berada di dapur resto melihat langsung bagaimana karyawan resto dan Adox memasak beserta bahan bakunya. Resto Mr. Adox memiliki 55-an karyawan, semua adalah muslim dan muslimah (berjilbab), namun masih tetap diisukan hal yang bukan-bukan. Sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun sejak beberapa tahun silam akhirnya ditempel di dinding Resto Mr. Adox. Tapi begitulah sebuah usaha, selalu ada tantangan dan cobaan yang akan dihadapi, pun demikian kehidupan, selalu ada persoalan yang harus kita dapatkan agar menjadi semakin dewasa dan bijaksana.

Siapa sosok yang menginspirasi dan memotivasi perubahan dalam diri Adox? Ketika Penulis menanyakan ini, spontan ia menyebut nama yang sangat Penulis kenal, sebab Penulis dan Adox bersahabat dekat dengan sosok ini, yaitu Djohan Riduan Hasan (Aping). “Ko Aping (Djohan Riduan Hasan) itulah orang yang menginspirasi hidup saya, mendukung usaha yang saya lakukan, termasuk keberadaan restoran ini” ungkap Adox.

 

Berkebun dan Melukis

“TIDAK ada kata tidak bisa, kecuali malas” menjadi motto bagi Adox. Kalimat itu kerapkali ia ucapkan dihadapan para karyawan. Menurut Adox, dari pengalaman hidup yang ia jalani, ia merasa bahwa Tuhan memberikan banyak celah dan kemampuan bagi manusia, tinggal mau atau tidak. Tapi kalau malas, memang tidak ada obatnya.

Selain bergelut dalam mengurus Restoran, Adox menikmati kehidupannya dengan berkebun. Beberapa kawasan kebun yang ia miliki menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya dan keluarga. Kebun buah-buahan seperti Lengkeng, Durian, Alpokat, Kelapa dan Perkebunan Sawit menjadi tempat ia menyepi dan menikmati alam ditengah kebosanan hiruk pikuk kota.

Tak hanya kebun, Adox yang dulunya memiliki ketergantungan terhadap alkohol merasa sangat berat untuk meninggalkan kebiasaan tersebut. Setiap Tengah malam pulang dari restoran, ia tidak bisa tidur, sebab kebiasaannya Tengah malam hingga pagi seperti itu ia ngumpul dengan kawan-kawan dan minum-minuman keras. Akhirnya, kebiasaan itu harus ia tinggalkan, sebagai pelampiasannya ia menghabiskan waktu dengan melukis. Ternyata, tak disangka Adox memiliki bakat terpendam, yakni mengolah kuas dan cat diatas kanvas. Dari mekanik mesin, ke mekanik bumbu dapur, kini ke mekanik kuas dan cat diatas kanvas. Lukisan-lukisan tengah malam itu tak pernah ia publikasi alias untuk sendiri. Ternyata ada yang tidak percaya kalau yang melukis lukisan terpajang di rumahnya adalah lukisan sendiri. Akhirnya ada yang memesan lukisan kepada Adox. Jadilah kemampuan melukisnya membuahkan hasil.

Menghilangkan ketergantungan terhadap alkohol itu berat. Makanya tengah malam saya melukis sampai pagi, sebab saya susah tidur. Pelampiasan saya ya pada lukisan, ternyata ada juga yang mesan” ceritanya sambil tertawa sambil menunjukkan beberapa lukisan yang ia gores diatas kanvas dari layer Handphone-nya kepada Penulis.

 

Raih Ketenangan & Kenyamanan dalam Islam

SEBAGAI orang yang lahir dan hidup di rumpun Melayu, Bangka Belitung, Adox sudah lama mengenal Islam. Harmonisasi kehidupan masyarakat Melayu-Tionghua di Bangka Belitung membuat Adox cukup mengenal kehidupan masyarakat muslim. Jadi Islam bukanlah hal baru atau sesuatu yang asing bagi diri seorang Adox.

Bahkan sejak SD (Sekolah Dasar) Adox sudah sudah mengenal Islam, sudah tahu tata cara sholat, tata cara wudhu’, menggunakan salam dengan “Assalamualaikum” dan “Wa’alaikumsalam” dan menulis kalimat “Allahu Akbar” dan mengenal ber-qurban di hari raya Idul Adha. Menurut Adox semua ini ia dapatkan dari sekolah (SD & SMP) serta pergaulan dengan anak-anak Melayu (Islam). “Bahkan sejak SD saya sudah hafal Al-Fatihah” ceritanya sambil tertawa. “Di Jakarta, kawan-kawan saya orang Melayu (Islam), seringkali ketika kawan-kawan ikut pengajian, saya ikut bersama mereka. Jadi Islam dan kehidupannya itu memang bukan hal yang asing bagi saya” ungkap Adox mengenang masa lalunya.

Pada tahun 2008, Adox mempelajari Islam dan bersyahadat. Namun ia masih belum totalitas atau serius menjalani kehidupan Islam. “Saat itu baru Islam KTP bae jok, tapi agik minum-minuman keras, agik makan makanan non halal” cerita Adox. Namun sejak tahun 2018, Adox hijrah totalitas dalam kehidupan agama yang ia anut, yakni Islam. Mengaji, sholat, puasa, zakat dan lain sebagainya dilakukan. Meninggalkan totalitas minuman keras dan makanan-makanan non halal. “Alhamdulillah, setelah memutuskan hijrah, sejak tahun 2018, tidak setetes lagi minuman keras saya minum dan makan-makanan non halal” cerita Adox penuh kebahagiaan.

No More Posts Available.

No more pages to load.