CDN.id, JAKARTA- Berdasarkan artikel jurnal “Perayaan Imlek Etnis Tionghoa” oleh Hasyim Hasanah (2014), istilah Imlek berasal dari bahasa Tiongkok dialek Hokkien.
Kata Imlek terdiri atas dua suku kata, yaitu im yang berarti ‘bulan’ dan lek yang artinya ‘penanggalan’. Ini berarti, Imlek artinya ‘penanggalan bulan’ atau ‘kalender bulan’.
Sementara itu, dalam bahasa Mandarin, Imlek lebih dikenal sebagai yinli. Arti juga sama, yaitu ‘penanggalan bulan’.
Disebutkan dalam buku Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti yang dikeluarkan Kemendikbud (2017), yinli atau Imlek adalah penanggalan berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi selama 12 bulan dengan nama-nama bulan Zhengyue (bulan ke-1) hingga Shi’eryue (bulan ke-12).
Lebih lanjut, selain Imlek, ada juga istilah lain yang digunakan untuk mengacu Tahun Baru China. Itu adalah Sin Cia.
Secara bahasa, sin artinya ‘baru’ dan cia bermakna ‘bulan pertama’. Dari penjelasan tersebut, maka sin cia diterjemahkan sebagai bulan pertama pada kalender China yang baru.
Terdapat legenda populer yang melatarbelakangi perayaan umat Konghucu satu ini. Dikutip dari situs Wake Forest University, legenda perayaan Imlek paling populer adalah tentang makhluk Nian.
Menurut kepercayaan orang China, Nian adalah makhluk yang memakan ternak, tanaman, dan bahkan manusia pada malam tahun baru. Untuk mencegah kehadiran Nian, orang-orang menaruh makanan di depan pintu rumah mereka.
Konon, seorang pria tua yang bijaksana mengetahui bahwa Nian takut dengan suara keras (petasan) dan warna merah. Jadi, orang-orang meletakkan lentera merah serta gulungan merah di jendela dan pintu untuk mencegah Nian masuk ke dalam rumah.
Sementara itu, jika melihat berdasarkan catatan historis, Tahun Baru Imlek sudah ada sejak sekitar 3.500 tahun lalu. Namun, tanggal pastinya tidak diketahui.