Masjid Raya Tuatunu & “Cen Bekuncit” Hongky Listiyadhi

oleh

MENDAPAT amanah langsung sebagai arsitek pembangunan Masjid Raya Tuatunu, membuat Hongky harus benar-benar menyelami kehidupan masyarakat Tuatunu. Hampir setiap hari ia berada di Tuatunu, duduk di depan area rencana pembangunan Masjid, diskusi dengan warga, bergaul dengan masyarakat dan melihat bangunan-bangunan rumah masyarakat di Tuatunu. Sampai-sampai sosok Hongky yang unik dengan rambut kuncir “Cen Bekuncit” (China rambut di kuncir) tidak hanya dikenal oleh tokoh Masyarakat Tuatunu, tapi juga oleh anak-anak kecil. “Saya sering disapa anak-anak kecil di Tuatunu, Om Hongky…. rasanya senang banget”, kenang Hongky mengingat kenangan indah membangun Masjid Raya Tuatunu Pangkalpinang.

Makanya hingga hari ini, tak heran jika kegiatan-kegiatan besar di Tuatunu, terutama di Masjid Raya, Hongky Listiyadhi selalu diundang dan sampai hari ini beliau sering didatangi masyarakat tuatunu untuk sekedar diskusi. Sebab, dirinya sudah dianggap bagian dari masyarakat Tuatunu. Seperti kemaren, (Minggu 24 Maret 2024), dilaksanakan Buka Puasa Bersama sekaligus liputan “Jejak Petualang” Stasiun Televisi Trans 7 yang mengambil moment “budaya nganggung”. Hongky Listiyadhi bersama Pj. Gubernur, Safrizal ZA, hadir di Masjid Raya Tuatunu. Kegiatan yang dihadiri ratusan masyarakat dan tokoh ini, ternyata sempat ada orag yang rese’ dengan menyebutkan Pj. Gubernur Safrizal membawa Hongky Listiyadhi ke Masjid. Sebab Hongky Listiyadhi disangka bukan muslim, sehingga dianggap merusak marwah negeri Melayu. Hal rese’ yang didasari ketidaktahuan namun selalu pengen punya suara agar dianggap ada (“mina minta tegur”: istilah orangtua tempo doeloe), beginilah jadinya, “tukang karoh yang selalu bikin keroh”. Padahal untuk dianggap ada dan punya nilai, tak harus melulu bersuara, tapi berkarya dan memiliki prestasi dan karakter diri yang menguatkan bahwa kita punya nilai kehidupan ditengah Masyarakat. Berapa banyak orang-orang berjasa dan berprestasi serta penuh karya di negeri ini adalah orang-orang yang tak bersuara.

Kembali ke soal Masjid Raya Tuatunu, jika kita melihat fisiknya (arsitektur), nampak sekali keunikan dan kemegahannya. Menurut Hongky, bentuk dan arsitektur Masjid ini terinspirasi dari bentuk rumah-rumah tua warga Tuatunu. Konsepnya bagaimana Masjid kebanggaan ini tidak terpisahkan dari kehidupan Masyarakat Tuatunu. Masjid dan umat bagaikan air dan ikan. Selain itu, terinspirasi dari buah (biji) karet yang konsepnya ditutup oleh tudung saji. Filosofi dari sini menurut Hongky, biji karet adalah rezeki dan tudung saji itu adalah penutup. Rezeki agar ia bersih dari debu dan kuman, ditutupi biar higienis untuk dinikmati bersama sebagaimana filosofi Dulang dan Tudung Saji sebagai budaya masyarakat Bangka Belitung.

Menurut Hongky, Panitia Pembangunan Masjid Raya Tuatunu sangat menginginkan memiliki Masjid yang besar, yakni dengan lebar 50 meter. Keinginan ini saya penuhi, dari ujung teras ke ujung teras ukurannya 50 meter. Ruang dalam 29 meter dan selasar 10 meter kanan dan kiri. Juga Masjid ini dilengkapi fasilitas untuk disabilitas termasuk tempat wudhu disabilitas. Menara Masjid ini pun memiliki ketinggian 49 meter, Menara Masjid tertinggi di Bangka Belitung. Soundsystem memakai merek Bose yang konon setara dengan soundsystem yang ada di Masjidil Haram serta beduk digital.

Pembangunan Masjid Raya Tuatunu ini memakan waktu selama 2 tahun. Tepat tanggal 20 Maret 2008 M/12 Robiul Awal 1429 H, Masjid ini diresmikan oleh Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI, Taufik Effendi dengan didampingi Walikota Pangkalpinang, Zulkarnain Karim.  Sosok Pak Zul selaku Walikota Pangkalpinang menyerahkan sepenuhnya Pembangunan Masjid Raya Tuatunu ini kepada masyarakat Tuatunu dan Hongky Listiyadhi. Karena menurut Pak Zul pembangunan Masjid jangan jadi alat politik dan legacy pemimpin untuk pencitraan. Pembangunan Masjid Raya Tuatunu 100 persen keinginan dan kepentingan umat. Sehingga jangan sampai menjadi “masjid politik kepentingan elite”.

Dalam peresmian Masjid Raya Tuatunu, oleh masyarakat dan Panitia Pembangunan Masjid, Hongky Listiyadhi diminta memberikan sambutan. “Saya menahan tangis, haru sekali, sampai sekarang masyarakat Tuatunu adalah bagian dari diri saya, makanya sampai sekarang warga Tuatunu selalu rajin komunikasi dengan saya” ujar Hongky Listiyadhi.

Kamis, 31 Juli 2008, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) & Ani Yudhoyuno beserta Menteri Kabinet RI memperingatai Isra’ Mi’raj Nasional di Masjid Raya Tuatunu. Dengan didampingi Gubernur Eko Maulana Ali dan Walikota Zulkarnain Karim, kehadiran orang nomor 1 di Republik ini membuat keberadaan Masjid Raya Tua Tunu menjadi semakin membanggakan, terlebih bagi masyarakat Tuatunu. Apalagi, Masjid Raya Tuatunu masuk dalam 100 Masjid terindah di Indonesia.

Hongky Listiyadhi saat memberikan sambutan saat peresmian Masjid Raya Tuatunu

Sosok Hongky memang tak ingin disebut-sebut memiliki jasa, namun Ketika ada suara sumbang yang menyebut kehadirannya di Masjid Raya Tuatunu saat berbuka puasa Bersama Pj. Gubernur Safrizal ZA kemaren dianggap merusak marwah Melayu sebab dikira dirinya non muslim, membuat masyarakat Tuatunu dan beberapa sahabat dekat Hongky Listiyadhi serta keluarganya menjadi sedikit murka. Padahal, bukan hanya Masjid Raya Tuatunu, tapi banyak bangunan lain yang diarsiteki oleh Hongky Listiyadhi, termasuk Masjid At-Taqwa Semabung Pangkalpinang.

 

Memilih Islam di Usia Muda

TAHUN 1987, kala sedang menempuh kuliah S-1 di Universitas Tarumanegara Jakarta, tepatnya di semester 3, Hongky Listiyadhi menyatakan diri masuk Islam dengan bersyahadat di Musholla kediaman Ustadz Mulia Tarmizi (Mubaligh yang kerap tampil di stasiun tivi, TPI), di Kompleks Angkatan Laut (AL) Cinere Jakarta Selatan. Sebagai salah satu saksi keislaman Hongky Listiyadhi adalah Jenderal Bintang 1 AL, Laksamana Pertama, Joko Supriadi. Keduanya (Ustadz Mulia Tarmizi & Joko Supriadi) turut hadir dalam peresmian Masjid Raya Tuatunu.

No More Posts Available.

No more pages to load.