Perang di Ukraina telah memicu krisis terdalam untuk hubungan Rusia dengan negara-negara Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962 silam. Putin telah beberapa kali memperingatkan negara-negara Barat soal risiko memprovokasi perang nuklir jika mereka mengirimkan pasukan untuk bertempur di wilayah Ukraina.
Dalam wawancara tersebut, Putin menegaskan kembali bahwa penggunaan senjata nuklir diuraikan dalam doktrin nuklir Kremlin, kebijakannya mengatur keadaan di mana Rusia mungkin menggunakan senjatanya.
“Senjata ada untuk digunakan. Kami memiliki prinsip kami sendiri,” ucapnya.
Namun demikian, Putin juga mengatakan bahwa Rusia tidak pernah menghadapi kebutuhan untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina, di mana konflik berkobar sejak Februari 2022 saat Rusia melancarkan invasi militernya.
“Mengapa kita perlu menggunakan senjata pemusnah massal? Tidak pernah ada kebutuhan seperti itu,” tandasnya.
Bukan Ancaman Pertama
Putin telah mengingatkan tentang risiko “nyata” perang nuklir jika Barat meningkatkan konflik di Ukraina. Putin juga mengucapkan soal risiko perang nuklir pada akhir bulan lalu.
Dalam pidatonya di Moskow pada Kamis (29/2), pemimpin Rusia tersebut mengatakan pasukannya terus bergerak maju di Ukraina. Putin pun mengingatkan Barat akan “konsekuensi tragis” bagi negara mana pun yang berani mengirim pasukan ke Ukraina.
“Mereka telah mengumumkan kemungkinan pengiriman kontingen militer Barat ke Ukraina… Konsekuensinya terhadap kemungkinan intervensi ini akan jauh lebih tragis,” kata Putin dalam pidato tahunan kenegaraan, seperti dikutip dari kantor berita AFP, Kamis (29/2).