Sedangkan Angka Partisipasi Murni menurut Provinsi dan Jenjang APM di Kepulauan Bangka Belitung SMA/Sederajat untuk tahun 2023 sebesar 60,72 persen. Untuk Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Provinsi dan Kelompok Umur di Kepulauan Bangka Belitung rentang usia 16-19 tahun 2023 sebesar 69,53 persen, untuk rentang usia 19-23 Tahun 2023 sebesar 19,38 persen. Sementara untuk Rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas menurut Provinsi untuk tahun 2023 sebesar 8,66 persen.
Untuk Angka Anak Tidak Sekolah menurut jenjang Pendidikan dan daerah tempat tinggal di Kepulauan Bangka Belitung, untuk daerah perkotaan SMA/Sederajat pada tahun 2022 sebesar 18,75 persen, daerah perdesaan SMA/Sederajat sebesar 27,6 persen,untuk perkotaan dan perdesaaan tahun 2022 sebesar 22,52 persen. Angka anak tidak sekolah menurut jenjang Pendidikan dan jenis kelamin untuk laki-laki SMA/Sederajat tahun 2022 sebesar 24,56 persen. Untuk Perempuan SMA/Sederajat tahun 2022 sebesar 20,35 persen. Untuk laki-laki dan Perempuan SMA/Sederajat tahun 2022 sebesar 22,52 persen.
Selain itu, perkembangan angka putus sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan data sementara dari Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk SMK tahun 2021/2022 sebanyak 370 siswa dan untuk SMA tahun 2021/2022 sebanyak 94 siswa.
Yang tak kalah penting untuk sektor Pendidikan ini yaitu jumlah lulusan SMA/SMK yang melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi. Di Kepulauan Bangka Belitung sendiri jumlah lulusan SMA/SMK/Sederajat untuk tahun 2023 sebanyak 13.023 orang. Dari jumlah tersebut, hanya sebanyak 2.593 orang (19,91%) yang melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi di daerah, 1.783 orang (13,69%) yang melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi di luar daerah. Sedangkan sebanyak 5.048 orang (38,76%) memilih untuk bekerja, dan selebihnya 3.599 orang (27,64%) lain-lain.
Rendahnya jumlah kelulusan yang melanjutkan Pendidikan ke pendidikan tinggi ini tentu berdampak jangka Panjang terhadap kualitas SDM kita yang akan melanjutkan kepemimpinan dan juga tongkat estafet pembangunan di Negeri Serumpun Sebalai ini. Berbagai faktor yang melatarbelakangi tejadinya hal ini, seperti faktor ekonomi, rendahnya literasi dan pemahaman anak dan orang tua terkait pentingnya pendidikan, faktor sosial budaya dimana masih ada yang beranggapan bahwa anak/Perempuan tak perlu bersekolah ke perguruan tinggi karena hanya akan berkutat di dapur dan menjadi ibu rumah tangga.
Hal serupa juga tergambar berdasarkan data yang di keluarkan oleh BPS, dimana Provinsi Kepulauan Bangka Belitung jika dibandingkan dengan provinsi lainnya, APK perguruan tingginya termasuk yang terendah se-Indonesia. Untuk tahun 2020 sebesar 14,73 persen, tahun 2021 sebesar 15,23 persen, tahun 2022 sebesar 14,85 persen, dan tahun 2023 sebesar 18,19. Rendahnya APK ini memperlihatkan sedikit sekali jumlah siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi, dibandingkan provinsi lain yang memiliki persentase diatas 20 persen.
Beberapa faktor penyebab APK Pendidikan Tinggi di Kepulauan Bangka Belitung telah disurvey oleh BPS yaitu karena pelajar lebih memilih untuk bekerja, merasa Pendidikan SMA/SMK cukup, faktor menikah, tidak adanya biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Rendahnya APK Pendidikan Tinggi di Kepulauan Bangka Belitung ini tentu tidak sejalan dengan konsep Indonesia Sentris dimana pemerataan Pendidikan termasuk Pendidikan tinggi merupakan hal yang penting. Lalu apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi hal ini?
Untuk meningkatkan APK Pendidikan Tinggi ini tentu tak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah daerah saja, namun ini memerlukan sinergi semua pihak. Beberapa Langkah konkret perlu dilakukan seperti melakukan sosialisasi ke desa-desa dan sekolah-sekolah tentang pentingnya Pendidikan tinggi ini. Selain itu juga, pemerintah dan juga perguruan tinggi yang ada di Kepulauan Bangka Belitung bisa membuat regulasi dan system yang lebih memudahkan, akses informasi yang mudah, akses lapangan pekerjaan yang lebih luas, bahkan menambah kuota beasiswa bagi mahasiswa.