Pesantren & Gerakan Menanam

oleh

Oleh : AHMADI SOFYAN

PENTINGNYA eksekusi program semangat menanam bagi rakyat Babel, menjadi salah satu program yang bertujuan untuk merangsang semangat ketahanan pangan.
(Dr. Safrizal, ZA., Pj. Gubernur Kep. Bangka Belitung)
=======

PONDOK Pesantren Al-Islam Desa Kemuja, salah satu Pondok Pesantren yang lumayan tua di Pulau Bangka didirikan sejak puluhan tahun silam tidak dengan proposal pada pemerintah maupun BUMN atau juga perusahaan swasta. Berbekal semangat & jiwa mandiri, masyarakat Desa Kemuja bergotong royong menebas lahan Desa yang luasnya hampir 300-an hektar. Gotong royong, saling bahu membahu, pepohonan besar ditebang dengan menggunakan kapak dan parang. Kala itu tak ada alat berat seperti excavator. Tak terhitung berapa drum butiran keringat mereka, bulu-bulu kaki & tangan yang rontok, darah mengalir dari luka ditengah semak belantara dan jerih payah ini tak patut kita lupa. Selanjutnya ditanami lada dan pohon karet yang disadap oleh masyarakat kampoeng. Dari hasil perkebunan inilah, terutama karet, sejak puluhan tahun silam, melalui Lembaga Kesejahteraan Desa (LKD) menghidupi ekonomi Pesantren Al-Islam, mensejahterakan Masjid Rahmatuddin dan membuat rumah layak huni bagi masyarakat miskin dan janda-janda tua, menyediakan listrik setiap rumah masyarakat sebelum masuknya PLN ke desa ini hingga jatah beras kepada warga miskin dan anak yatim. Sejak kecil, kenangan itu sangat melekat dalam kehidupan dan ingatan saya, sebab Bak (Ayah) adalah pengurus aktif LKD, dipercaya puluhan tahun oleh masyarakat untuk mengelola lahan, mensejahterakan Masjid, keuangan Pesantren dari hasil karet, listrik masyarakat, membangun rumah layak huni dan jatah beras kepada warga miskin dan anak yatim. Saya kerapkali ikut bersama Bak, dengan menggunakan sepeda pancalnya (hingga sekarang masih ada). Bak beraktivitas penuh kesibukan. Sepeda pancal adalah satu-satunya kendaraan Bak yang kami anak-anaknya menyebut sebagai kekayaan abadi yakni berupa kendaraan roda 2 penuh legenda dan cerita. Walau mengelola uang yang jumlahnya Milyaran, Bak hanya punya sepeda pancal bahkan hingga beliau meninggalkan dunia 2 Januari lalu. Kehidupannya yang sangat-sangat sederhana membuat kami bangga dengan sosok Bak. Dalam keseharian, kita hanya dibelikan pakaian bekas kecuali menjelang lebaran Idul Fitri atau pakaian sekolah. Selanjutnya kami hidup dari hasil kebun yang Mak & Bak kelola ditengah kesibukannya mengurus mengurus masyarakat melalui LKD, Masjid & Pesantren.

Kembali ke soal perkebunan LKD Kemuja, saya begitu bangga, salut & sangat mengapresiasi betapa orangtua tempo doeloe yang pendidikannya rendah, namun sangat terdidik berpikir bijak, visioner, jauh dari keserakahan dan mampu mensejahterakan banyak hal ditengah-tengah warga.

No More Posts Available.

No more pages to load.