Maraknya Tambang Timah Ilegal di Babel, Ancam Ekosistem Satwa Endemik

oleh
oleh

Perubahan ini menciptakan ancaman keselamatan bagi masyarakat sekaligus menempatkan buaya dalam risiko pembunuhan akibat tindakan melindungi warga.

“Ekosistem yang terganggu akibat tambang ilegal menyebabkan satwa-satwa ini mencari habitat baru. Habitat baru inilah yang kadang bersinggungan dengan tempat manusia, sering orang bilang dulu di situ enggak ada buaya tapi sekarang ada buaya. Ini karena habitatnya terganggu,” kata Endy.

Konflik ini menjadi bukti nyata bahwa rusaknya habitat alami mendorong satwa liar semakin dekat dengan manusia. Endy menceritakan merkea kerap kali merescue buaya yang ditangkap waraga untuk dibawa ke PPS Alobi Air Jangkang. Hanya saja belum ada jalan keluar atas masalah ini, mereka juga terbatas tempat untuk menampung para buaya. Padahal buaya merupakan salah satu satwa yang dilindungi.

Menurut Endy, Bangka Belitung memang masih membutuhkan sektor pertambangan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat, namun pertambangan harus dilakukan dengan menggunakan prinsip good mining practice (GMP), melakukan pemulihan lahan, mereklamasi lahan bekas tambang.

“Pertambangan harus dilakukan dengan berwawasan lingkungan, menerapkan good mining practice, melakukan prinsip konservasi dan juga menjalankan fungsi reklamasi sehingga ekosistem bisa tetap terjaga,” ujarnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan sinergi antara pemerintah, perusahaan tambang, dan masyarakat. Penegakan hukum terhadap penambangan ilegal harus diperketat, disertai dengan program rehabilitasi lahan dan restorasi ekosistem sungai.

“Upaya konservasi satwa liar juga perlu ditingkatkan, misalnya dengan membangun kawasan konservasi baru dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam,” ucapnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.