Jabatan, Popularitas & Baju

oleh
oleh

Kepada Caleg yang datang, sedari awal selalu saya katakan sama, baik sebelum Pemilu maupun sesudah Pemilu, bahwa jabatan dan popularitas itu hanyalah sekedar baju. Baju bernama jabatan itu hanya sementara, pun demikian baju bernama popularitas. Baju itu hanya bukan milikmu, tapi milik semua yang digunakan secara bergiliran. Ketika hari ini kita gunakan baju bernama jabatan dan popularitas, yakinlah bahwa kapanpun, dimana pun, baju itu pasti lepas atau dilepaskan. Apakah ia lepas oleh sendirinya karena habis masa pakai (sewa)-nya ataukah dilepas paksakan karena kita dianggap sudah tak berhak lagi menggunakannya. Selain itu, yang namanya baju, pasti ada kemungkin robek atau dirobekin. Entah itu robek karena kelalaian dirimu saat memakainya atau tersangkut paku dan duri saat berkegiatan ataukah sengaja “direnjut” (ditarik) orang terdekatmu hingga mengalami robek. Yang saya maksud baju robek disini adalah aib. Artinya, ketika aib terbuka, itu artinya baju yang kamu kenakan robek. Jika baju sudah robek dan robeknta sangat terlihat, lantas kamu masih memaksakan untuk memakainya, ada 2 kemungkinan yang terjadi dalam dirimu, yaitu (1) kamu tak tahu malu (2) kamu tak punya baju yang lain untuk memantaskan diri guna dipakai ditengah masyarakat. Bahasa mudahnya, Fakir. Yakni fakir iman, fakir rasa dan fakir akhlak.

Sedangkan baju yang dipakai akan tertempel debu atau kotoran, itu sudah pasti! Artinya? Apapun jabatan & popularitas kehidupan yang kita sandang, entah itu pejabat negara, Rektor, Ustadz, Kiyai, Tokoh, Budayawan, Akademisi, Polisi, TNI, Pendeta, Pastur, Ibu Rumah Tangga, Pimpinan Pesantren, Ketua MUI, Pengamat, Penulis, Wartawan, Pengusaha, Petani, Guru, dan lain sebagainya, pasti ada kotornya. _So,_ bahasa gaulnya: “Jangan sok bersih deh….”.

Pointnya, diri kita bukanlah baju yang kita kenakan. Sebab baju tidak melekat pada tubuh yang memakainya. Yang melekat dalam diri kita adalah karakter. Apakah kita lebih berkarakter ataukah baju yang kita kenakan itu mengalahkan karakter dalam diri kita? Sehingga ketika kita gunakan baju itu, diri kita tidak lagi dikenal oleh orang sebab demikian berubah.

Karakter diri, seperti integritas jauh lebih berharga ketimbang baju bernama popularitas. Karakter diri yang kokoh pendirian & menjaga nilai keimanan jauh lebih bernilai ketimbang baju bernama jabatan.

Setiap kita bukanlah baju yang kita pakai saat ini. Tapi banyak orang yang dirinya adalah baju itu. Sehingga ketika baju itu tidak melekat lagi ditubuhnya, dirinya hilang tak lagi terlihat keberadaannya, hilang aktifnya, hilang otaknya, hilang mulutnya, hilang pemikirannya, hilang karyanya, sebab dirinya memang tak pernah ada. Karena yang ada hanya bajunya saja.

No More Posts Available.

No more pages to load.