Tebakan saya benar-mereka yang berada di grassroot tidak ambil pusing. Jauh dari kata resah apalagi merasa harus gaduh. Apalagi menyangkut urusan korupsi. Ana, seorang ibu rumah tangga di daerah Pangkalbalam kota Pangkalpinang mengaku bahwa salah satu keresahan yang dirasakannya adalah soal stok minyak goreng yang sempat langka.
“Waktu itu resah saya pak, seperti ibu-ibu yang lain kita resah dan gaduh karena bingung di mana mau beli minyak goreng,” tutur Ana, yang juga mengabstarakaikan perasaan rekan nya sesama ibu rumah tangga.
Kemudian Yani, yang mengaku resah dan gaduh sebagaimana ibu-ibu lain, saat isu penculikan anak mencuat di Babel. “Resah lah pak, melihat video, berita, belum lagi kegaduhan di grup-grup WA hingga medsos, bahwa di Babel ada kasus penculikan anak,” kenang Yani.
Saya coba simpulkan, bahwa keresahan terjadi manakala itu berpotensi pada diri seseorang, dan gaduh ketika keresahan tersebut dirasakan oleh masyarakat secara umum. Seperti kasus migor dan penculikan anak.
Lha… Ketika ditanya soal Maling Besar, mereka malah tak tahu, jauh dari kata resah apalagi gaduh. Tapi kok ada pernyataan yang menuding ucapan Pj Gubernur Babel Suganda Pandapotan Pasaribu membuat resah dan gaduh.