“Patut dipahami bahwa hadits tentang adanya suara dahsyat pada hari Jumat yang bertepatan dengan tanggal 15 Ramadan sama sekali tidak disebutkan oleh para ulama hadits yang diakui kredibilitasnya, seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, an-Nasa’I, dan at-Tirmidzi,” katanya, seperti dimuat laman NU Online via kanal Islami Liputan6.com.
Hadits yang menjelaskan tentang suara dahsyat, ujar Ustadz Ali, disebutkan oleh Imam asy-Syasyi, At-Thabrani, dan Ahmad as-Syaibani. Berdasarkan hal ini, kualitas sanad dalam hadits di atas patut dipertanyakan.
“Salah satu kritikus hadits, Imam al-‘Uqaili dalam kitabnya, adh-Dhu’afa’ al-Kabir menyebutkan kritik tentang hadits ini:
ليس لهذا الحديث أصل من حديث ثقة ولا من وجه يثبت
“Hadits ini tidak memiliki dasar dari hadits yang terpercaya dan juga tidak dari jalan (metode) yang ditetapkan (oleh para ulama hadits)” (Abu Ja’far Muhammad bin ‘Amr al-‘Uqaili, adh-Dhu’afa’ al-Kabir, juz 1, hal. 51).”
Dalil Ramadhan Pembuka Kiamat Hadis Dhaif
“Berpijak dari referensi tersebut, maka dapat dipastikan bahwa status hadis di atas adalah hadts yang dlaif (lemah). Bahkan jika kita menelaah lebih lanjut tentang para perawi hadis di atas, kita temukan banyak sekali para rawi (periwayat) yang diragukan kredibilitasnya oleh para ulama hadits,” ucap dia.
Salah satunya adalah Abdul Wahab bin Husein. Imam Hakim dalam salah satu hadits yang terdapat rawi Abdul Wahab bin Husein berkomentar bahwa ia merupakan orang yang tidak diketahui profilnya (majhul).
Imam adz-Dzahabi lantas menanggapi perkataan Imam Hakim tersebut:
وفيه عبد الوهاب بن حسين وهو مجهول، قلت ذا موضوع
“Di dalam hadits ini terdapat Abdul Wahab bin Husain, dia adalah orang yang tidak diketahui. Aku (adz-Dzahabi) berkata: ‘Hadits ini maudlu’ (palsu)” (Adz-Dzahabi, Mukhtashar Istidrak adz-Dzahabi ‘ala Mustadrak al-Hakim, juz 4, hal. 522).
Kesimpulan: