Rusydi mengatakan, sebagai cendekiawan harus mampu bersikap independen dalam menyikapi politik praktis di Pemilu 2024 dengan melakukan penguatan-penguatan untuk peradaban ke depan.
Mahasiswa dan pemuda juga perlu memperbanyak diskusi untuk proses pendewasaan dalam berpolitik sekaligus mengajak mereka berpartisipasi dalam Pemilu 2024.
Menurut dia, pemuda yang sudah duduk di bangku kuliah lebih akademis dan aktif berkomunikasi, namun ketika politik itu identik dengan hal-hal yang pragmatis maka mahasiswa dan pemuda akan mengambil sikap yang tidak mau ikut campur karena di usia seperti itu memiliki pendirian yang cukup kuat.
Ia berpesan para aktor politik tidak terlalu pragmatis dan jangan menganggap politik adalah jalan pintas meraih kekuasaan tanpa berpikir jauh ke depan karena saat berperan sebagai calon legislatif atau calon pemimpin harus mampu melepas permasalahan pribadi dan lebih memikirkan kemaslahatan umat.
“Karena jika mereka pragmatis, instan dan spekulatif maka akan merugikan diri sendiri, masyarakat diam bukan berarti tidak memperhatikan, masyarakat tetap menilai. Harus ada kontinuitas karena tujuan mencalonkan diri itu bukan hanya untuk pragmatis tapi akumulasi ke bentuk peradaban yang panjang,” katanya.
Sementara, Kepala LKBN ANTARA Biro Babel Joko Susilo memaparkan peran media dalam mewujudkan Pemilu damai di Babel karena media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda media ke agenda publik.