Kedua, mesin partai bahkan ketua partai dan para anggota dewan dari partai pendukung tidak dimanfaatkan untuk mengkampanyekan Erzaldi – Yuri. Justru banyak anak-anak muda baru nongol yang mengkampanyekan dengan cara “muat urang langok“, misalnya “nue igak” nge-share berita-berita yang dianggap oleh kalangan masyarakat banyak, terlalu “wah”, tidak membumi. Beberapa kader partai pengusung dan Anggota Dewan pernah curhat hal ini kepada saya bahwa mereka tak pernah dihubungi dan dimintakan bantu Paslon yang diusung oleh partai mereka.
Ketiga, ramainya pemberitaan kasus Pertimahan di Kejagung dan beberapa kasus di Kejati dan Polda Babel, membuat nama Erzaldi sangat berpengaruh dikalangan pemilih. Hal ini tidak bisa dipungkiri, bahwa masyarakat menilai dan menganalisa bahwa Erzaldi akan terkekang oleh kasus-kasus yang dihadapi, sehingga tak banyak yang bisa dilakukan jika memimpin di periode kedua.
Keempat, Hidayat Arsani sebagai rival politik yang notabene praktisi dan apa adanya, blak-blakan, dak pintar berargument, dak lihai merangkai kata saat debat, lebih menarik minat masyarakat untuk “mencoba” pemimpin baru. Erzaldi yang agak sedikit otoriter dalam kepemimpinannya di periode pertama dianggap sebagian masyarakat bentuk dari keangkuhan. Walaupun sikap otoriter adalah salah satu karakter kepemimpinan.
Nah, inilah sedikit analisa dari tepian sungai di kebun yang pastinya “dak” semue e benar dan dak usah dijadikan patokan. Sebab saya bukan pengamat politik yang sesungguhnya.
Pointnya, berbuat baiklah dengan cara yang tulus kepada masyarakat, bukan demi pencitraan. Bersikap biasa saja, tak usah keliat pintar igak, manfaatkan orang-orang terdekat dan gunakan kemampuan orang-orang yang jauh, pahami dan dengarkan keinginan masyarakat dan tak perlu berjanji indah. Bisa katakan bisa, tidak katakan tidak, jangan sampai “aok dak betitik“. Selanjutnya oligarki dan nepotisme dalam politik itu sangat tidak disenangi di ranah Melayu. Partai politik hendaknya introspeksi diri (kalau bisa), tak semua yang punya duit bisa dijadikan figur pemimpin. Pilkada Serentak 2024, alhamdulillah dan terima kasih rakyat sudah berdaulat.
Salam Pilkada!
Pondok Kebun, 28 November 2024
=====
AHMADI SOFYAN alias Atok Kulop. Bukan tokoh apalagi pengamat politik, tapi lebih nyaman disebut tukang “ngeruce” pejabat negeri. Banyak menghabiskan waktunya di kebun tepi sungai.