Perjalanan Wartawati “Miskin” di Negeri Beribu Senyuman

oleh

Di Channel 8 Babel ini lah ku tuangkan segala video garapanku. Ketika Channel 8 Babel hadir, respon masyarakat cukup baik. Selang beberapa bulan, aku memutuskan untuk merubah nama channel YouTube itu, menjadi “Channel 8 Indonesia”, dengan harapan channel YouTube itu nantinya tak hanya menyajikan berita-berita daerah saja, tapi juga memuat video berita-berita Nasional.

Banyaknya respon masyarakat dan didorong oleh sejumlah keadaan, akhirnya aku ditawari Bang Rudi untuk membuat sebuah website media online. Aku pun tertarik. Tapi, waktu itu, aku menemui sebuah kendala terkait bagaimana cara membangun website-nya. Maklum, aku ini hanya lulusan S1 Ilmu Komunikasi. Kalau disuruh bikin website, aku pusing tujuh keliling.

Singkat kisah, aku meminta tolong salah seorang temanku untuk membangun websitenya. Dari sana, lahirlah media online bernama Channel 8 News, yang bisa diakses pembacanya, melalui domain channel8news.id, yang alhamdulilah hingga hari ini, masih eksis di jagat maya dan baru saja merayakan Anniversary ke 2-nya pada 31 Januari 2024 lalu.

Perahu Baru

Dua tahun tergabung di Tim 8, banyak dinamika yang kami alami bersama. Hingga akhirnya, beberapa sosok-sosok di Tim 8 yang bisa dibilang turut berperan membesarkanku di dunia jurnalistik, satu persatu pergi menempuh jalan lain dan tim itu pun bubar secara otomatis. Namun, aku sendiri tetap pada pendirianku untuk mengikuti Bang Rudi, yang membentuk jaringan media baru atau tim media khusus.

Bagiku, team ini merupakan sebuah “Perahu Baru”, yang ku harapkan bisa membawaku ke masa depan yang lebih cerah, apalagi dengan masuknya salah satu anggotanya, yang aku nilai cukup cekatan dalam berbagai hal. Seiring berjalannya waktu, aku dan rekan-rekan lainnya di team terus berlayar mengarungi pahit manisnya berbagai perjalanan dunia jurnalistik.

Hingga suatu ketika, ada sebuah dinamika, yang bisa dibilang cukup membuatku drop. Bagaimana tidak, karena miskomunikasi antara aku dan sosok yang awalnya ku anggap cukup cekatan dalam berbagai hal ini, memunculkan konflik yang tak berkesudahan. Mulai dari hak dan kewajiban, hingga berbagai macam hal lainnya menjadi bahan perseteruan yang tak berujung. Sejak saat itu, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari team dan berpisah dari Sang Kakak, Guru dan juga Inisiator berdirinya Channel 8.

Rasa sedih menyelimuti jiwaku. Sejak memutuskan keluar dari team, bisa dibilang waktu ku banyak habis untuk merenung. Dalam renunganku, terlintas sebuah pemikiran baru, di mana, sejak bergabungnya sosok yang ku anggap cekatan di segala hal itu, banyak sekali perubahan yang muncul ke permukaan.

Perubahan tentu tak dapat terhindarkan. Akan tetapi, diriku selalu berusaha tetap berpikir positif atas apa yang telah terjadi. Semula ku yang selalu berpikir positif akhirnya tak dapat menepis realita yang ku rasakan dan kulihat sendiri dengan kedua bola mataku. Bahwa sosok itu, bukan memberikan dampak positif justru sebaliknya.

Dari sana, sosok yang awalnya ku nilai cekatan diberbagai hal itu, akhirnya ku anggap dia sebagi troublemaker. Stigma tersebut demikian muncul bukan tanpa alasan. Sejak memutuskan untuk keluar dari team, banyak cerita yang masuk ke telingaku, mulai dari cerita Backing Cukong lah, Terkikisnya Independensi Wartawan lah, hingga dugaan kerusakan Organisasi Wartawan tempat ku bernaung, beberapa orang yang kukenal dekat dan akrab pada akhirnya “teracuni” sampai berubah drastis 360° sejak dekat dengan dirinya.

Terlepas apapun cerita yang masuk ke telingaku, biarkan saja orang-orang yang menilai semuanya. Yang pasti, benar atau tidaknya cerita-cerita yang beredar di luaran sana, saya tak mau ambil pusing dan juga tak ingin ikut campur dengan urusan dia atau siapapun itu, istilahnya “ya loe mau ngapain, itu bukan urusan gua”. Biarkan pada waktunya nanti kebenaran mengungkap segalanya. Setelah berpikir cukup keras,  akhirnya aku memutuskan Mutasi ke PWI Jaya dan kembali ke tanah kelahiranku di Jakarta.

Yaa… itulah sedikit kisah perjalanan wartawati miskin, bernama Rosy Maharani ini di Kota Beribu Senyuman. Team yang awalnya ku anggap jadi “Perahu Baru” ternyata menjadi “Perahu Terakhir” yang ku naiki selama mengarungi perjalanan di Kota Beribu Senyuman. Terimakasih team. Semoga rekan-rekan di team sehat selalu.

Yang pasti, kembalinya aku ke Jakarta, bukan karena aku kalah ataupun takut menghadapi berbagai permasalahan yang muncul. Akan tetapi, segalanya ku lakukan untuk menyehatkan pikiranku dan fokus mengurusi ketiga anakku, yang saat ini mulai beranjak dewasa.

Untuk Bang Rudi, semoga sehat dan sukses selalu, jangan berhenti tebarkan hal baik ke orang-orang disekitarmu. Terimakasih juga untuk PWI Kepulauan Bangka Belitung, yang telah menerima dan menempatkan saya sebagai salah satu pengurus. Semoga marwah PWI tetap terjaga. Teruslah ciptakan sosok-sosok wartawan yang berintegritas dan mencerdaskan pembacanya, independensi wartawan harga mati. Jangan sampai rusak karena memBEKINGisasi.

 

No More Posts Available.

No more pages to load.