Perjalanan Wartawati “Miskin” di Negeri Beribu Senyuman

oleh

Penulis: Rosy Maharani S.Ikom

Pemilik Media: Channel8news.id

Ke Jakarta aku kan kembali…

Walaupun apa yang kan terjadi…

Sepenggal lirik lagu Koes Plus berjudul “Kembali ke Jakarta” itu, sayup terdengar ditelingaku dan membangunkan tidurku. Tanpa kusadari, air suci yang bersumber dari mataku menetes. Bukannya cengeng, namun kondisinya memang demikian. Saya sendiri, memutuskan untuk kembali ke Jakarta, setelah 3 (tiga) tahun malang melintang di Kota Beribu Senyuman.

Semua bermula 5 tahun lalu, ketika aku gagal menjadi seorang calon wakil rakyat, di pesta demokrasi tahun 2019. Tak berhenti di situ, beberapa tahun kedepannya, berbagai cobaan terus menerus menerpaku, dari usaha rumah makanku di daerah Tanah Abang yang koleps karena pandemi. Hari demi hari, ku lalui perjalanan hidupku dengan cukup berat. Dan setelah berpikir cukup panjang, akhirnya pada tahun 2021, ku putuskan untuk meninggalkan gemerlap Kota Jakarta dan menulis kisah hidupku yang baru di Kota Pangkalpinang.

Beberapa hari sebelum bertolak ke Pangkalpinang, aku menjual motor NMax milikku, yang waktu itu laku seharga Rp 17 Juta. Uang penjualan motorku itu, ku berikan Rp 7 Juta untuk ibuku tercinta, sisanya yaa lumayan lah, untuk bertahan hidup di Pangkalpinang, sampai aku mendapatkan pekerjaan. Selain motor kesayanganku harus terjual, kepergianku ke Pangkalpinang juga mengharuskan ku, untuk meninggalkan ketiga anakku, yang saat itu sedang lucu-lucunya. Sebelum berangkat ke Pangkalpinang, aku berujar pada anak tertuaku.

“Nak, Manda ke Bangka ya, bantu Manda jaga adik-adikmu. Doain Manda sukses,” ujarku kepada anak sulungku, yang saat itu, yang hanya bisa menanggapi perkataanku dengan anggukan dan tetesan air mata.

Singkat kisah, sampailah aku di Kota Pangkalpinang dan memulai perjalanan hidupku, dengan tinggal di sebuah kontrakan yang menurutku, memiliki fasilitas yang baik dan cukup lengkap saat itu. Hari demi hari, ku lalui dengan kesana kemari mencari pekerjaan, yang bisa dibilang cukup sulit ku dapatkan. Maklum, saat itu usiaku sudah menginjak angka 36 tahunan.

Tak terasa, 3 bulan berlalu. Dalam kurun waktu 3 bulan, uang Rp 10 juta milikku itu, habis begitu saja, lantaran aku harus membayar kontrakan dan juga memenuhi biaya hidupku sehari-hari di Pangkalpinang ini. Ku pikir dengan menepi ke daerah, biaya hidupnya murah, ternyata tidak juga.

Walau demikian, aku tak patah arang. Di sela-sela perjalananku mencari pekerjaan di Pangkalpinang, aku bertemu dan berkenalan dengan seorang wartawan, yang mengajakku bekerja di dunia jurnalistik. Hari itu, bisa dibilang aku cukup bahagia. Karena menjadi seorang Wartawati, merupakan impianku sejak aku berada di bangku kuliah.

Sejak pertemuan itu, mulailah aku bekerja sebagai seorang Wartawati. Namun itu tak berlangsung lama, karena setelah seminggu lebih kami bekerja bersama, aku ditinggalkan begitu saja oleh wartawan, yang mengajakku bekerja waktu itu, tanpa pesan dan pemberitahuan apapun, setelah menunggu berjam-jam di sebuah warung kopi yang berlokasi di depan kantor PT Timah Tbk Pangkalpinang. Dalam hati aku bertanya-tanya, salahku dimana ya hingga aku ditinggalkan begitu saja.

Di tengah renunganku, aku bertemu dengan seseorang yang berperawakan kurus tinggi, yang saat itu sedang asyik ngopi di tempat yang sama denganku. Saat itu ia memperkenalkan diri dan bertanya kepadaku.

No More Posts Available.

No more pages to load.