Lebih lanjut dia mengatakan, rentang usia penderita yang terinfeksi beragam. Rangkuti menyebut ada pasien usia 18 tahun belum menikah meninggal dunia, atau ada juga yang usia 30 sampai 40 tahun.
“Yang meninggal saya kurang ingat angkanya. Kalau untuk tahun 2023 ada satu di bulan Januari itu. Kalau 2024 belum ada. Sepanjang 2023 ada hanya satu kematian tapi pertambahan jalan terus, nah ini yang jadi masalah,” cetusnya.
Untuk menekan laju penyakit ini, pihaknya turun ke lokasi yang dianggap rawan seperti “warung remang – remang” atau esek – esek untuk melakukan pemeriksaan.
Tapi ada kendalanya juga. Kata dia, begitu melihat petugas datang, penghuni tempat tersebut malah kabur melarikan diri.
Walaupun pihaknya terbuka bagi orang – orang yang ingin memeriksakan diri, tapi Rangkuti pesimis ada penderita HIV yang bersedia menyerahkan diri untuk diperiksa.
Karena itu pihaknya lebih fokus membidik ibu – ibu hamil untuk diperiksa, sebab hal itu merupakan program wajib nasional.
“Jadi semua bumil itu tetap periksa HIV/AIDS. Kenapa? pertama untuk melindungi dia kalau ketahuan dari sedini mungkin kita akan jaga terus dari yang lain. Harapan kita si anaknya yang dilahirkan tidak terinfeksi,” kata Rangkuti. (red)