Pajak & Kebodohan Mengelola Negara

oleh
oleh

Diskusi bubar karena mereka tidak bisa menjawab. Karyawan saya sebagai penonton ketawa ngakak. “Kapok! Boss kita dilawan” begitu celetuk salah satu karyawan saya yang dikenal paling judes.

Negeri Salah Kelola
KEMERDEKAAN yang diperjuangkan oleh para orangtua kita dulu agar terlepas dari kesengsaraan di rumah sendiri. Negeri kita yang dikenal kaya raya, gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo. Perut buminya mengandung kekayaan yang berlimpah seperti emas, timah, batu alam, gas, besi dan puluhan jenis kekayaan lainnya. Laut kita melimpah kekayaan dan hutan kita adalah kekayaan besar yang sangat indah bersama habitatnya.

Keserakahan dan kesalahan mengelola kekayaan alam membuat rakyat malah tak berubah kehidupannya. Bahkan ada kalimat yang menyayat hati: “Kami tidur di tanah yang mengandung emas, tapi kami tak bisa memilikinya dan tetaplah kami makan pinang dan sagu”. Begitulah yang terjadi di salah satu wilayah yang kaya akan emasnya. Bagaimana juga dengan wilayah Bangka Belitung yang kaya akan Timah dan nomor 1 di dunia? Sudahkah tidur di atas timah dan anda menikmati kekayaan berupa timah ataukah hanya tukang ngebor tanah alias kuli TI?

Hutan kita ditebang, habitatnya mati sendiri karena rumah mereka dirobohkan. Kita tanami beton (gedung),  food estate gagal, pabrik ini pabrik itu yang akhirnya bukan milik pribumi. Lahan dan kekayaan alam kita diambil dari negeri ini, diolah oleh pabrik yang bukan milik kita. Lalu dibawa ke luar negeri, diolah dengan beda rupa dan kembali dijual mahal ke rakyat kita. Lalu kita beli plus bayar pajaknya. Begitulah misalnya timah.

Kreativitas & Integritas Pemerintah dalam mengelola kekayaan alam negeri ini selalu gagal. Pemerintah lebih senang menjual ketimbang mengolah, lebih suka mendapatkam fee ketimbang mengolah sendiri. Mendidik rakyat menjadi konsumen bukan produsen. Makanya kita rakyat Indonesia selalu berdebat soal remeh temeh bukan bagaimana pengembangan teknologi mengolah kekayaan alam kita sehingga luar negeri membeli dengan harga yang mahal sehingga cukup satu jenis kekayaan alam sudah nampak kesejahteraan Indonesia. Sehingga tidak menghidupi negeri dari pajak kepada rakyat sendiri. Ini kebodohan yang tidak boleh terus menerus terjadi apalagi bertambah.

Ibarat kata, kita ini punya kekayaan warisan orangtua, tapi bukannya bertambah malah sedikit sedikit ludes karena ketidakmampuan plus keserakahan kita dalam mengelolanya.

No More Posts Available.

No more pages to load.