“Kita di-support alat mesin pertanian, belum termasuk pupuk yang baru disetujui. (Alat) ini untuk membantu atas kurangnya petani yang hanya 20 persen dari 140 ribu. Artinya, ada sekitar hanya 28 ribu petani di Babel, ini cukup rendah. Oleh karenanya, perlu adanya mekanisasi supaya kita bisa mengejar produksi setidak-tidaknya kita bisa mempertahankan hasil-hasi sebelumnya sebesar 36 ribu ton. Jadi, kita masih hanya mampu memenuhi sela 26-36 persen dari 118 ribu ton (Kebutuhan),” ujar Pj Gubernur.
Dengan adanya bantuan alat pertanian ini juga akan membantu optimalisasi lahan yang saat ini sekitar 140 hektare di Desa Kimak meningkat menjadi lebih dari 200 hektare, selain untuk menambah jumlah lahan melalui program tambal luas lahan baru seluas 1.500 hektare se-Babel. Hal inilah menurut Safrizal perlu dukungan dan kerja semua pihak agar semua target yang dicanangkan dapat terpenuhi, apalagi Indonesia dihadapkan dengan fenomena El Nino yang akan mempengaruhi jumlah produksi.
“Ini semua supaya lahan yang masih ada di sini tetap terpelihara sebagai lahan sawah, karena lama-lama kalau tidak dipelihara akan terdesak oleh tanaman lain. Ayo bersama-sama turun ke pertanian, baik padi ataupun holtikultura lain, karena lahan di sini baik, subur, kalau ini dikerjakan akan produktif sekali sebagai sumber pendapatan. Saya kira pemprov, pemkot, kementerian siap membantu yang ingin terjun ke dunia pertanian,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala BSIP Kementerian Pertanian Fadjry Djufry menyebutkan, percepatan tanam dalam rangka antisipasi darurat pangan di Babel dilaksanakan sesuai tindaklanjut kehadiran Pj Gubernur Safrizal menemui Mentan, juga berdasarkan instruksi Presiden secara nasional yang menghendaki adanya antisipasi darurat pangan. Untuk di Babel sendiri, katanya akan digarap lahan seluas 23 ribu hektare, melalui pemanfaatan 3 program yakni optimalisasi lahan rawa, optimalisasi lahan tadah hujan, dan pemanfaatan padi gogo di sela lahan perkebunan.