Perwakilan penambang Bangka Barat ini juga meminta agar PT. Timah turun ke lapangan untuk mengecek berapa harga yang pantas. Ditegaskannya bahwa rakyat penambang ini sejatinya bersedia menjual Timahnya kepadaPT. Timah, namun tentunya dengan harga yang pantas. terutama pasca kenaikan BBM, di mana biaya operasi penambangan tersebut sudah semakin tinggi.
“Makanya PT. Timah ini sekarang kalau ada apa-apa turun ke lapangan menekan harga, ada yang Rp 90 ribu. Selisih nya sangat signifikan, jika masyarakat menjualnya selain kepada pihak mitra PT. Timah. Jadi sebenarnya tidak perlu pakai bawa-bawa aparat untuk menekan harga. Masyarakat akan dengan penuh kesadarannya menjual kepada PT. Timah melalui mitra. Karena kadang-kadang tidak semuanya penambang itu memiliki sendiri unit pontonnya. Sebagian mereka harus berhutang dulu dengan pihak pemodal. Itu harus dicicil, seperti cicilan motor. Kalau potongannya besar makan apa mereka. Ini yang tadi menjadi penekanan kita bahwa tolong diperhatikan lah bagaimana kemudian, masyarakat tetap bisa merasakan kesejahteraan dari pertimahan ini,” tutupnya.