Perceraian dalam sebuah keluarga tidak hanya mempengaruhi kedua pasangan yang bercerai, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan pada anak-anak mereka. Hak asuh pasca-perceraian memainkan peran penting dalam membentuk kesejahteraan emosional anak-anak yang terlibat. Memahami dampak emosional pada anak dalam konteks ini memerlukan penelitian yang cermat dan pendekatan yang sensitif terhadap kebutuhan anak. Pasal 41 UU Perkawinan menyatakan bahwa pasca perceraian, orangtua tetap memiliki kewajiban untuk memelihara serta mendidik anak-anaknya demi kepentingan anak. Selain itu, biaya pemeliharaan serta pendidikan anak merupakan tanggungjawab ayahnya.
Salah satu dampak emosional yang mungkin dialami oleh anak-anak adalah perasaan kehilangan dan kebingungan. Perceraian mengubah dinamika keluarga yang biasanya stabil menjadi tidak pasti. Anak-anak mungkin merasa kehilangan arah dan keamanan karena kehilangan kontak sehari-hari dengan salah satu atau kedua orang tua mereka. Hal ini dapat memicu perasaan cemas dan tidak aman yang berdampak pada perkembangan emosional mereka.
Selain perasaan kehilangan, anak-anak juga dapat mengalami perasaan bersalah dan bertanggung jawab atas perceraian orang tua mereka. Mereka mungkin merasa bahwa mereka adalah penyebab dari konflik yang terjadi di antara kedua orang tua mereka. Hal ini dapat memberikan beban emosional tambahan bagi mereka yang dapat mengganggu proses penyembuhan dan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
Hak asuh pasca-perceraian dapat menjadi faktor yang menentukan dalam mengurangi dampak emosional negatif pada anak-anak. Menjaga hubungan yang baik antara kedua orang tua, meskipun telah bercerai, dapat memberikan stabilitas dan dukungan emosional bagi anak-anak. Penting bagi kedua orang tua untuk tetap terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka dan memberikan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional mereka.
Memahami dampak emosional pada anak dalam konteks hak asuh pasca-perceraian bukanlah hal yang mudah, tetapi sangat penting untuk memastikan kesejahteraan dan perkembangan anak-anak yang terlibat. Diperlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara kedua orang tua, tenaga profesional, dan masyarakat dalam menyediakan dukungan yang dibutuhkan untuk anak-anak yang mengalami perceraian orang tua. Dengan demikian, anak-anak dapat melewati masa transisi ini dengan lebih baik dan tumbuh menjadi individu yang kuat dan berdaya.