Ketika Kambing Hitam Dipilih, Bukan Dicari

oleh
oleh

Apesnya, dia tak memeriksa ruangan tempat colokan itu berada, hanya mematikan lampu, mengunci pintu utama dan langsung pulang. Walhasil, colokan itu pun terus tercolok hingga hari berikutnya.

Di hari berikutnya, grup WhatsApp kantornya pun riuh. Ia yang bertugas sebelumnya pun jadi sasaran tembak. Pagi itu, ia disidang di grup whatsapp tempatnya bekerja.

Ia tersudutkan, klarifikasi yang disampaikannya pun bak angin lalu, tak digubris. Singkat kisah, atasan tertingginya pun mengeluarkan sebuah keputusan dan dia digeser ke tempat yang lain.

Bagi orang-orang yang paham dengan bagaimana sosoknya, di balik apa yang menimpanya itu ada sebuah kejanggalan. Terlalu cepat tudingan dan putusan dilontarkan padanya.

Padahal jika ditelusuri lebih dalam, ia pun tak tahu siapa sosok yang mencolok colokan listrik itu sebelumnya. Lagipula, ia bekerja di ruangan yang lain, tak bekerja di ruangan tempat colokan itu berada.

Yang pasti, kejadian itu tak layak dilabeli sebagai sebuah kelalaian, tapi alat yang memaksanya untuk mengakui atau meng-iyakan hal yang tak diperbuatnya.

Sungguh ironis memang, seonggok pegawai biasa, harus terlempar lantaran sebuah skenario persoalan yang dibuat-buat, dengan muara agar atasan bisa menyingkirkannya, tanpa menoleh ke isu sebenarnya.

Kini, ia diletakkan di tempat yang bukan ia minati, bukan latar belakangnya, juga bukan passionnya. Hari-harinya perlahan berubah. Ia bukan lagi orang yang antusias, bahkan segala proses yang dilaluinya pun ambyar seketika.

No More Posts Available.

No more pages to load.