Kerinduan Putri Anggun dalam Pengabdian KKN Nusantara Moderasi Beragama ke-IV se-Indonesia 2024

oleh
oleh

Saya juga harus hadir pada pembukaan tersebut untuk menjadi perwakilan kampus dari Bangka Belitung. Pembukaan KKN Moderasi Beragama ke-IV SE-Indonesia pagi itu sangat berlangsung dengan meriah. Terdapat penampilan kesenian daerah khas Kuningan, Paduan suara yang memukau dan dihadiri langsung oleh pejabat seperti PJ bupati Kuningan, jajaran rektor dari berbagai universitas, perwakilan peserta KKN MB seluruh PTKN serta dibuka langsung oleh Direktur Diktis Kemenag RI, Prof. Dr. H. Ahmad Zainul Hamdi, M. Ag.

KKN yang diikuti oleh 281 mahasiswa yang berasal dari 63 perguruan tinggi keagamaan mewakili setiap provinsi se-Indonesia. Untuk wilayah sendiri, ada 6 titik yang menjadi lokasi KKN MB IV ini yakni di Kelurahan Cisantana, Cigugur, Sukamulya, Babakan Mulya, Desa Cileluleuy dan Desa Cipari. Kuningan, menurut saya tidak salah menjadi lokasi KKN Nusantara dengan tema tersebut. Karena daerah ini terkenal dengan daerah yang plural, banyak keyakinan (agama) yang diyakini masyarakatnya. Sehingga saya bisa belajar banyak tentang cara mengahargai perbedaan, toleransi dan bisa hidup rukun tanpa perselisihan.

Bagi kami, wilayah di sini sudah menjadi contoh untuk mencerminkan toleransi yang sangat tinggi. Kita juga bisa menggambarkan daerah ini layaknya miniatur pluralisme di Indonesia dengan segala kemajemukan dan ragam etnis, suku bangsa dan kepercayaan hidup yang membentuk simfoni hidup dengan rukun.

Dalam KKN kali ini, kami menggunakan sistem SISDAMAS atau sistem pemberdayaan masyarakat, Dimana ada 4 siklus yang digunakan dalam sistem tersebut. Dalam waktu 40 hari saya dan teman kelompok yang sudah dibagi per-RT dan harus berhasil menyelesaikan siklus-siklus tersebut. Adapun 4 tahapan siklus KKN SISDAMAS yaitu; Tahap 1 yaitu sosialisasi awal, rembug warga dan refleksi sosial, Tahap 2 yaitu pemetaan sosial dan pengorganisasian masyarakat, Tahap 3 yaitu perencanaan partisipatif dan sinergi program, dan Tahap 4 yaitu pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi.

Proses demi proses yang kami jalani, mulai dari siklus 1 yaitu sosialisasi dan rembug warga telah dilaksanakan. Setelah itu kami melanjutkan ke siklus-2 yaitu pemetaan sosial. Dalam pemetaan sosial tersebut, saya dan teman-teman melakukan sensus atau pendataan ke rumah-rumah warga di RT 3. Kurang lebih ada sekitar 80 rumah atau sebanyak 118 kartu keluarga (KK) yang jadi sasaran kami untuk dilakukan pendataan. Tidak hanya data yang kami perlukan di siklus ke-2 ini, tapi juga ada pencocokkan data, pemutakhiran data, mendata melalui google form, memasukkan data ke dalam spreadsheet, looker studio, dan juga terakhir yaitu GIS.

Siklus 2, menurut kami adalah siklus yang cukup menguras tenaga, karena hal tersebut menghabiskan waktu yang cukup panjang. Harus ke rumah warga satu per satu, mendata semua anggota keluarga dengan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan di google form. Karena ingat akan tujuan dan niat awal kesini, segala bentuk suka dan duka harus dilalui.

Tak bisa dipungkiri, akhirnya saya juga turut tumbang sedikit, karena lelah yang berlebihan. Tapi itu semua hal yang harus kami hadapi dan harus tetap bergerak untuk menyelesaikan tugas pada siklus 2 ini. Karena bagi kami yang sudah dimulai harus bisa diselesaikan dengan tuntas. Belum lagi dengan tugas pengabdian yang sudah dibagi jadwal mengajarnya di SDN 1 Sukamulya, MTS/SMK Plus Pertiwi Kuningan, Pramuka, DTA Ar-Rahman, Pondok Pesantren, RA Ar-Rahman, Eskul Angklung, pengajian mu’alaf, panen dengan Ibu kelompok wanita tani (KWT), belajar kesenian gong renteng, pendampingan UMKM, Rumah Zakat, Posyandu balita, kajian RT, SLB dan masih banyak lagi kegiatan bersama Karang Taruna Caturangga dan masyarakat Kelurahan Sukamulya.

Minggu ke-3 kami sudah mulai disibukkan dengan perencanaan proker pemberdayaan dan kegiatan di bulan Agustus yang lumayan banyak. Mulai dari kegiatan Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN), HUT RI ke-79, Hari Jadi Kuningan ke-526, sekaligus Hari Jadi Sukamulya ke 284. Ada banyak perlombaan yang melibatkan mahasiswa KKN sehingga kami turut berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan tersebut.

Selain itu, kegiatan kami juga diisi berbagai kegiatan seperti, ziarah makam leluhur Sukamulya, Bazar UMKM, Pentas Seni, Karnaval Kemerdekaan, jalan sehat dan pertunjukkan wayang sekaligus penutupan PHBN. Dibilang lelah ya lelah, tapi saya bahagia, melewati itu semua bersama dengan mereka yang tahu artinya kebersamaan dan kekeluargaan. Jika diantara kami ada yang sakit, dengan sigap mereka menjenguk, saling support, dan masih bisa bercanda tawa menghibur temannya yang sedang kesusahan.

Mungkin waktu 40 hari terasa begitu lama sebelum aku mengenal satu sama lain, namun sangat singkat ketika waktu terus berjalan dan kami sudah saling menganggap seperti keluarga sedarah. Padahal berbeda orangtua. Ah sudahlah.. aku tidak sanggup merindukan kalian, kita harus berjanji dan segera menyelesaikan perkuliahan yang sudah kita mulai. Agar kedepannya kita bisa reuni dan bertemu kembali, entah di Sukamulya atau 49 daerah teman-teman semua.

Disela-sela kesibukan kami, tidak lengkap jika tidak mengunjungi beberapa wisata dan cagar budaya yang ada di Kabupaten Kuningan. Saya sendiri sudah mengunjungi Botanica di Puncak Cisantana, Gua Maria, Paseban Tri Panca Tunggal, Waduk Darma, Telaga Biru Cicereum, Balong Girang Cigugur atau Kolam Ikan Dewa, dan Perundingan Linggarjati. Kisah selama perjalanan menuju ke tempat-tempat Sejarah dan wisata ini kami lalui dengan banyak cerita. Kalo saya tidak KKN Nusantara, saya gaakan bisa merasakan kebahagiaan dalam kebersamaan ini dan ga akan bisa menjadi teteh Sunda serta tampil nyanyi di daerah orang dengan lagu Mojang Priangan dan Peyeum Bandung hehe.

Kepercayaan, adat dan tradisi disana sangatlah banyak, namun satu hal yang saya pahami, tingginya nilai toleransi disana tidak terkalahkan dengan banyaknya perbedaan tersebut. Bahkan, masyarakat tidak pernah mendengar adanya keributan dikarenakan agama. Dan yang membuat saya tertarik, ada cerita dari salah satu tokoh wanita gereja yang mengatakan jika bulan puasa, terkadang gereja juga turut menyuarakan tanda atau saung untuk membangunkan masyarakat untuk sahur.

No More Posts Available.

No more pages to load.