Pada permasalahan sumber daya manusia ini, stunting memiliki peran yang besar. Stunting merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada pengembangan potensi bangsa (Unicef Indonesia, 2013). Berdasarkan data dari sebaran indonesiabaik.id, stunting berkontribusi atas 15-17% kematian anak di seluruh dunia. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%, maka artinya di negeri kita, 1 dari 5 anak Indonesia mengalami stunting.
Menyadari hal ini, pemerintah Indonesia menyisihkan anggarannya untuk menyelesaikan permasalahan stunting. Berdasarkan rilis indonesia.go.id, APBN memuat anggaran percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan melalui tiga intervensi, yakni intervensi spesifik, intervensi sensitif, dan intervensi dukungan yang melibatkan berbagai instansi dan lintas sektor.
Dalam program jangka pendek, upaya transformatif kesehatan yang dilakukan Indonesia melalui Kementerian Kesehatan melakukan pengembangan pelayanan kesehatan primer sampai tingkat desa dan kelurahan, seperti pemberian makanan tambahan, pembagian tablet tambah darah, promosi dan konseling menyusui, pemantauan dan promosi pertumbuhan, pemeriksaan kehamilan dan imunisasi. Selain itu, juga ada jaminan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) untuk penurunan stunting.(0c)