Dijelaskannya, dari data BPS diketahui bahwa bulan Januari 2024 selisih ekspor terjun bebas dibandingkan tahun 2023. Begitu pula dari Desember 2023 menuju Januari 2024, selisih eskpor turun sebesar 82 persen dalam 1 minggu terakhir ini. Bahkan beberapa pengusaha yang telah mengungkapkan niatnya untuk merumahkan karyawannya. Kondisi ini dibandingkan industri timah dua puluh tahun lalu di mana timah dalam masa puncak kejayaan jelas sangat jauh berbeda.
“Tentunya kita tidak bisa semata-mata menuduh misalkan persoalan ini karena proses penegakan hukum sehingga ekonomi down, tidak bisa juga. Tetapi ada persoalan teknis lain, yaitu antara lain misalnya kenapa pada saat ini pertimahan tidak bergerak karena RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) Pertimahan itu sangat minim yang dikeluarkan dibandingkan tahun 2023, 2022, 2021 yang RKAB nya luar biasa. Sampai hari ini kami mendengar hanya segelintir saja perusahan selain PT Timah yang mendapat RKAB,” jelasnya.
Oleh karena itu, Politisi dari Fraksi Partai Golkar dapil Bangka Belitung ini mendorong PT Timah untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap timah masyarakat, terutama yang berada dalam IUP nya, tetapi tentu ada juga timah-timah yang berada di luar IUP PT Timah.