Tata kota yang semerawut, pasar tak teratur, trotoar beralih fungsi, kendaraan yang terus bertambah sedangkan jalan tetap itu-itu saja, investasi sunyi, mengatasi banjir yang tak pernah selesai, ruang ekspresi senyap sunyi, sungai rangkui yang merupakan ibu kandung Kota Pangkalpinang yang semakin tercemari dan tak pernah dihiraukan bak anak durhaka kepada sang ibunda, sampah yang tak terbenah, aset daerah yang tak cerdas dikelola, pendapatan daerah yang tak nambah, adalah deretan permasalahan atau “penyakit” yang sedang diderita Kota Pangkalpinang saat ini.
Melihat permasalahan Kota Pangkalpinang dulu dan saat ini yang tak nampak penyelesaian, tidak lepas dari kepemimpinan. Seseorang yang berkarakter kokoh dalam karya, prestasi dan latarbelakang kehidupannya nyata (bukan sosial media), akan memiliki kecerdasan lebih dalam sebuah ranah kepemimpinan. So, jika benar-benar ingin memajukan Kota Pangkalpinang, maka yang dibutuhkan kota ini sebetulnya bukanlah pemimpin yang pura-pura merakyat, berkonten ria cengangas cengenges di medsos agar dianggap gaul, bukan pula pemimpin yang memanfaatkan kemiskinan rakyat dengan rajin memberikan bantuan ini dan itu tapi hanya sesaat tanpa solusi tepat, bukan pula pemimpin yang pandai berpantun ria dan berpidato ditengah kerumunan ASN dan orang-orang yang dikondisikan, tidak pula pemimpin yang pintar mengemas kata berceramah ria. Tapi yang dibutuhkan adalah pemimpin yang memilki kekuatan networking (jaringan) berbagai sektor baik dalam maupun luar negeri, sehingga berduyun-duyun investor masuk ke Ibukota Provinsi Bangka Belitung ini.
Seringkali saya ungkapkan, bahwa permasalahan Kota Pangkalpinang hari ini, ibarat penyakit dan dokter, kita selalu salah memilih dokter. Ibaratnya kondisi penyakit dalam tapi yang kita pilih untuk ngobatin adalah dokter penyakit kulit. Ditambah lagi salah resep obat dan salah minum kadar obat, akhirnya permasalahan tak selesai, masalah semakin bertambah. Itulah terpikir oleh saya, siapa dokter yang dianggap tepat dan mampu mengobati berbagai jenis penyakit ini. Teringat saya kepada sahabat lama yang juga sudah lama tak berinteraksi, yaitu Tellie Gozalie.
Mengapa Tellie Gozelie?
Saya gak tahu apa yang dipikirkan oleh Tellie Gozelie jika ia tahu tulisan “nyeleneh” ini. Saya memperkirakan sahabat lama ini akan mengernyitkan dahi, tersenyum atau bahkan tertawa. Lantas ia nyeletuk: “Dasar Atok Kulop, paling suka bikin rame Bangka Belitung” seraya kembali berkonsep ria membangun Pulau Leebong yang konon begitu menawan dilakukan oleh mantan Anggota DPD RI 2 periode ini sehingga banyak wistawan luar negeri yang datang menikmati keindahannya. Tapi saya janji tidak akan kirim ke dia tulisan ini, biarlah ia tahu dari orang lain. Sebab saya tak ada kepentingan apapun terhadap politik apalagi bisnis dari kawan lama ini.
Sosok Tellie Gozelie bukanlah orang baru di kancah politik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ia merupakan peraih suara terbanyak dalam pemilihan Anggota DPD RI dapil Babel pada periode 2009 – 2014. Ia juga kembali meraih suara yang sangat siginifikan pada periode ke 2 DPD RI periode 2014 – 2019. Selama saya mengenal sosok pembisnis sukses baik dalam maupun luar negeri ini, memiliki kemampuan dalam diplomasi sehingga sampai saat ini dikenal memiliki jaringan persahabatan baik politik maupun bisnis yang kuat di kancah nasional maupun di berbagai negara di Asia maupun Eropa. Beberapa kali pernah diskusi, pemikiran-pemikirannya sangat brilian dan memiliki kemampuan besar dalam kepemimpinan yang berkarakter. 2 periode ada di DPD RI, sayangnya tidak banyak terpublish apa yang sudah ia lakukan, tapi bagi saya sebagai kawan lama, saya cukup tahu bagaimana lobi-lobinya kepada Menteri, Dirjen, Pengusaha Kakap, Direksi BUMN dan sebagainya untuk Babel. Ketegasannya dalam debat bersama Menteri menunjukkan kelas dan kualitas dirinya. Itu yang pernah saya ketahui sedikit dari perjalanan Tellie Gozelie di DPD RI.