“Tempat ini biasanya sering dikunjungi anak-anak yang melakukan study tour untuk mengetahui miniatur hutan mangrove. Baru sekarang inilah kami memulai lagi untuk pembenahan, kemarin 2 tahun sepi pengunjung lantaran covid,” keluh Yasir.
Saya begitu menyimak bang Yasir tatkala dia juga menjelaskan bahwa yang terpenting mangrove merupakan pohon yang menyerap karbondioksida paling banyak. Ga kebayang kan kalo mangrove tidak ada, racun yang kita hirup bukan oksigen.
Kembali ke rencana penanaman Mangrove di kawasan pesisir pantai Perepat Mati, kami sudah mendapatkan sumber bibit yang akan ditanam di kawasan tersebut. Yasir menunjuk barisan bibit Mangrove bertunas hijau yang siap ditanam. Jenis ini adalah jenis yang cocok untuk ditanam di kawasan berlumpur.
Semoga ini menjadi awal harapan baru mengembalikan Hijaunya pantai Perepat Mati. Bukan hanya Perepat Mati akan tetapi juga menjadi harapan baru untuk mengembalikan Hijaunya lahan Mangrove yang saat ini berjumlah sekitar 117.229,29 hektar.
Sayapun dan rombongan tak lupa untuk berfoto di lokasi miniatur hutan Mangrove. Kepulangan saya saat meninggalkan miniatur hutan Mangrove menyimpan optimis yang sangat besar untuk dapat peduli akan mangrove. Betapa besar pengaruh Mangrove untuk bumi. Semoga ini menjadi awal dan ke depannya Mangrove Babel menjadi harapan dunia. (*)