Sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat, juga mendesak dilakukan penyelidikan menyeluruh, dengan mengatakan bahwa kejadian tersebut menunjukkan perlunya “perluasan bantuan kemanusiaan untuk mencapai Gaza”.
Di Israel, menteri keamanan ultra-sayap kanan Itamar Ben-Gvir mendesak “dukungan penuh” kepada tentara Israel yang “bertindak sangat baik melawan massa Gaza yang mencoba menyakiti mereka”.
Namun, sebuah opini di situs berita online N12 mengatakan bahwa insiden tersebut menunjukkan tidak adanya pemerintahan sipil atau supremasi hukum di Gaza, dan hal ini “dapat menempatkan Israel pada posisi yang sulit dalam hal legitimasi untuk melanjutkan pertempuran”.
Seorang kolumnis di surat kabar harian terbesar Yedioth Ahronoth mengatakan kejadian itu akan “menciptakan titik balik dalam perang” dan dapat “menimbulkan tekanan internasional yang tidak dapat dilawan oleh Israel, termasuk dari Gedung Putih,” katanya.
PENGIRIMAN BANTUAN
Bencana kemanusiaan sedang terjadi di Jalur Gaza, khususnya di bagian utara, setelah hampir lima bulan serangan udara dan darat Israel yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong pantai yang padat penduduk dan mendorongnya ke ambang kelaparan.
Hal ini diperburuk dengan blokade total Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke wilayah itu. Berdasar catatan sejumlah pihak, sejak keputusan sementara Mahkamah Internasional (ICJ) agar Israel tidak menghalangi bantuan kemanusiaan, hanya 10 persen dari kebutuhan harian warga Gaza yang diizinkan masuk.
Dengan banyaknya orang yang memakan pakan ternak dan bahkan kaktus untuk bertahan hidup, dan para petugas medis mengatakan anak-anak sekarat di rumah sakit karena kekurangan gizi dan dehidrasi, PBB mengatakan mereka menghadapi “hambatan besar” dalam mendapatkan bantuan.
Badan kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan hambatan yang dihadapi termasuk “penutupan jalan raya oleh Israel, pembatasan pergerakan dan komunikasi, prosedur pemeriksaan yang sulit, kerusuhan, jalan rusak, dan persenjataan yang tidak meledak.”
Pekan lalu, PBB mengatakan aliran bantuan ke Gaza semakin berkurang dan semakin sulit mendistribusikan bantuan di wilayah tersebut karena buruknya keamanan, dengan sebagian besar penduduk dikurung di kamp-kamp darurat.
Israel mengatakan tidak ada batasan bantuan kemanusiaan di Gaza dan mengatakan jumlah dan kecepatan pengiriman bergantung pada PBB.