“Rehabilitasi lahan kritis sebaiknya dapat memberikan insentif kepada masyarakat setempat dan pohon-pohon yang ditanam bernilai ekonomi, baik itu pohon kayu maupun buah secara wanatani. Melalui praktik agroforestri dapat memberikan manfaat ganda berupa pemulihan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi. Program AZ Forest yang di Tanjung Puting agar bisa dialihkan ke DAS Citarum. Keberhasilan menanam 20 juta pohon akan bisa merehabilitasi dan merevitalisasi lahan kritis di luar kawasan hutan DAS Citarum, menjaga kelestarian sumber air sekaligus menyejahterakan masyarakat,” jelas Luhut.
Kemudian Menko Marves ini melanjutkan kunjungan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Cicukang Oxbow. Sampah saat ini menjadi isu krusial yang dihadapi oleh Indonesia yang harus diselesaikan secara tuntas dan cepat. Apalagi dengan adanya kejadian kebakaran di TPA Sarimukti, Bandung, Jawa Barat adalah pengingat bahwa kita tidak bisa lagi mengandalkan pola lama. Sampah harus dikelola secara terintegrasi dari hulu-hilir dan berkelanjutan, serta semaksimal mungkin untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi baru.
“Sekarang ini setiap langkah kita lakukan untuk menangani sampah ini, tadi dengan Pak Gubernur dan Pak Bupati di sini (TPST Cikukang Oxbow) sudah mereka membuat RDF (Refuse Derived Fuel) itu kelihatannya berhasil. Dari sektor 7 mereka punya inovasi, bekerja sama dengan pusat membuat untuk proses sampah itu dengan berstandard yang bagus itu jadi bisa 1 jam 1 ton. Mesin ini tadi oleh Pak Gubernur Ridwan kita mau coba bikin per desa atau kelurahan satu. Jadi, nanti inovasi ini kita coba kembangkan,” tambah Menko Luhut.
Menko Luhut menjelaskan tahun ini dan tahun depan, harus bersiap untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim di Indonesia dengan musim kemarau yang semakin panjang dan kering, serta curah hujan yang lebih rendah. Pada bulan Agustus-September diprediksi El-Nino akan mencapai puncak dengan intensitas lemah hingga moderat.