Oleh: AHMADI SOFYAN
WAKILNYA dapat “tetek”, rakyatnya dapat “bengek”. Sebab disaat Pemilu rakyat sudah sukses membuat para Caleg menjadi “bengek” akibat banyak modal yang harus dikeluarkan, banyak proposal yang harus diloloskan, banyak buah tangan yang harus diberi dan banyak permintaan yang harus dipenuhi.
=======
SUATU hari, seorang sahabat yang menjadi Wakil Rakyat pernah terang-terangan berkata: “Buat apa saya perhatian dengan rakyat setelah dilantik, toh saat Pemilu mereka sendiri secara sadar telah menjual suara mereka dengan harga yang mereka tentukan. Mereka jual, saya sudah membeli”.
Walaupun saya tidak setuju, namun perkataan sahabat ini tidak bisa kita salahkan atau kita hujat, apalagi dia mencapai kekuasaan yang ia inginkan itu dengan modal sendiri. Saat berhasil meraih kursi sebagai Wakil Rakyat, pastinya ia segera ingin mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Lantas setelah kembali modal, selanjutnya ngumpulin modal untuk kembali membeli suara rakyat yang sedang dijual dan dijaja murah meriah. Sebab segala sesuatu yang masih bisa dibeli harganya murah, apalagi dengan dijaja dan transaksi tawar menawar.
Sebetulnya bukan hanya seorang pejabat (Wakil Rakyat) sahabat saya itu yang berpikiran serta mengambil sikap ekstrim seperti itu, tapi lumayan cukup banyak, hanya saja mereka tidak mengatakan secara vulgar, apalagi jika Wakil Rakyat itu bicara langsung didepan saya. Akan banyak kekhawatiran yang mereka pertimbangkan.