Salah satu anggota tim Arief Rachman menceritakan, mereka mengikuti seleksi Dharma Karya ESDM setelah sebelumnya berhasil memenangkan kompetisi inovasi di lingkungan internal PT Timah TINS Hackathon.
“Inovasi kami buat karena saat ini perusahaan berupaya meningkatkan produksi. Kami melihat peluang tailing timah tersedia cukup banyak tapi belum bisa diolah maksimal dengan peralatan yang ada. Sehingga kami membuat sistem dan melengkapi alat agar mineral halus yang masih mengandung timah di tailing ini bisa ditangkap sehingga bisa meningkatkan recovery pengolahan,” jelas Arief.
Menurut Arief, mereka yang kala itu bertugas di Unit Pengolahan PT Timah mencoba melakukan pengujian terhadap alat dan sistem yang mereka buat. Ia bersyukur, saat itu manajemen PT Timah juga mendukung proses inovasi yang mereka lakukan.
Saat ini inovasi Centrifugal Revolutioner sudah diimplementasikan di Division Processing and Refinery PT Timah sebagai upaya untuk meningkatkan produksi PT Timah.
“Kita memanfaatkan bahan baku yang ada berupa tailing timah untuk diolah, kemudian peralatan yang digunakan juga murah. Kami juga didukung oleh management PT Timah untuk mengembangkan inovasi ini yang awalnya kami lakukan skala lab hingga diimplementasikan saat ini,” ucapnya.
Sementara itu, Rizki Agustiani salah satu tim mengatakan mereka mempersiapkan inovasi ini sekitar 6 bulan lebih, dengan melakukan berbagai uji coba sehingga menemukan metode yang pas untuk diimplementasikan.